Oleh : Herman Danawi,SE
-------------------------------------
Jurnalisme warga
Nama
besar Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) atau dikalangan masyarakat OKU
kerap disebut OKU Induk (Pasca Lahirnya OKU Timur dan OKU Selatan
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur beribukota Martapura,
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan beribukota Muara Dua). Melalui
tulisan ini penulis mengajak pembaca bernostalgia sejenak mengenang
masa-masa jaya Kabupaten OKU yang beribukota di Baturaja ini.
OKU sebelum dimekarkan sempat menjelma sebagai daerah yang sarat
dengan segudang prestasi yang membanggakan salah satunya Kabupaten
OKU pada era tahun 90-an hingga akhir tahun 2000 dikenal sebagai
lumbung beras di Sumatera Selatan. Bahkan pemerintah OKU kala itu sempat
membangun icon berupa tugu Beras (Bersih, Elok, Rapi dan Sejahtera)
yang terletak di Simpang Lima Pasar Atas tapat di pusat jantung Kota
Baturaja (* Sekarang diganti Tugu Batu).
Hal ini tidak bisa kita pungkiri bahwa bumi Sebimbing Sekundang kala
itu memiliki saluran Irigasi Teknis Upper Komering yang mengaliri
ribuan hektar sawah, bahkan Presiden Soeharto dan Presideqn Megawati
Soekarno Putri pernah melakukan panen raya di kawasan itu (* Belitang
kini masuk dalam Wilayah Kabupaten OKU Timur). Tak ayal dampaknya
sangat luas OKU saat itu berada dipuncak prestasi dan dinobatkan
sebagai daerah penyangga pangan Nasional.
Dilain
pihak Kabupaten OKU sempat juga dikenal dengan daerah tujuan wisata
yang patut diperhitungan di Sumsel dengan keindahan alamnya berupa
Danau Ranau (* Kini masuk dalam wilayah OKU Selatan) bahkan untuk
kelancaran moda transfortasi wisatawan ke kawasan danau yang diapit
Gunung Geminung itu Gubernur Sumsel kala itu H Ramli Hasan Basri
dibangun lapangan terbang (Lapter) printis Banding Agung Ranau.
Bergulirnya otonomi daerah ditandai lahirnya Undang Undang 37 Tahun
2003 akhirnya OKU secara resmi melahirkan dua kabupaten baru
masing-masing OKU Timur dan OKU Selatan.
Sebagai warga yang bermukim di Kabupaten OKU terbersit pertannyaan dihati kecil penulis, salah satunya Apakah Kabupaten OKU kini telah kehilangan jati diri pasca melahirkan kedua Kabupaten tersebut ?
Sebagai warga yang bermukim di Kabupaten OKU terbersit pertannyaan dihati kecil penulis, salah satunya Apakah Kabupaten OKU kini telah kehilangan jati diri pasca melahirkan kedua Kabupaten tersebut ?
Yang jelas sadar atau tidak Kabupaten OKU pada tanggal 29 Juli 2014
lalu telah berusia 104 tahun namun gaungnya nyaris tidak terdengar
kegiatan apa saja yang dilakukan dalam rangka memperingati hari jadinya
atau memang kalah pamor dengan hinggar bingar pesta demokrasi Pilpres
atau karena saking husuknya kita menjalankan ibadah puasa yang
dilanjutkan dengan perayaan hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1435 Hijriah
nyaris lupa dengan hari jadi tempat kita dilahirkan ini.
Untungnya
hari ini, Kamis (7/8/2014) Pemerintah Kabupaten OKU masih punya agenda
puncak peringatan HUT OKU yang patut kita dukung dan berikan apresiasi
sebagai titik awal "OKU BANGKIT".
Yang jelas diusia 104 tahun bagi suatu daerah sudah sangat matang,
namun kenyataannya ukuran usia juga tidak menjamin suatu majuan. Jika
dibandingkan dengan usia Kabupaten OKU Timur dan OKU Selatan pada
bulan Januari 2014 lalu baru 10 tahun jelas selisih usia sangat kontras.
Dari segi prestasi diakui atau tidak bumi Sebiduk Sehaluan dan
Serasan Seandanan sudah dapat bersaing dengan induknya (OKU) yang
berusia 104 tahun, bahkan banyak kalangan menilai jauh lebih unggul.
Sebut saja OKU Timur misalnya, dalam kurun 10 tahun setidaknya sudah mendapatkan Piala Adipura 6 kali berturut- turut belum lagi prestasi bidang pangan (Ketahanan Pangan atau P2BN), pengelolaan keuangan dan anggaran (WTP), bidang transfortasi (Wahana Tata Nugraha), Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) dan sejumlah program pro rakyat lainnya seperti, penyaluran Stimulan Percepatan Pembangunan Inprastruktur Desa. (SPPIDES) Rp 100 juta perdesa dan kelurahan diluar ADD dan Bangub, Program bedah rumah, serta pengelolaan zakat terbaik yang telah diakui Nasional. Lalu bagaimana dengan Kabupaten OKU? Apa yang bisa kita banggakan dengan Kabupaten yang kita cintai ini?
Sebut saja OKU Timur misalnya, dalam kurun 10 tahun setidaknya sudah mendapatkan Piala Adipura 6 kali berturut- turut belum lagi prestasi bidang pangan (Ketahanan Pangan atau P2BN), pengelolaan keuangan dan anggaran (WTP), bidang transfortasi (Wahana Tata Nugraha), Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) dan sejumlah program pro rakyat lainnya seperti, penyaluran Stimulan Percepatan Pembangunan Inprastruktur Desa. (SPPIDES) Rp 100 juta perdesa dan kelurahan diluar ADD dan Bangub, Program bedah rumah, serta pengelolaan zakat terbaik yang telah diakui Nasional. Lalu bagaimana dengan Kabupaten OKU? Apa yang bisa kita banggakan dengan Kabupaten yang kita cintai ini?
Menurut penulis, OKU tidak harus gamang atau kehilangan jati diri masih
banyak potensi yang dapat kita kembangkan yang pada akhirnya
membanggakan setiap warga OKU.
Bukankah inprastruktur OKU sudah mendekati kata sempurna atau lengkap yang mampu menopang OKU raya (OKU,OKU Timur dan OKU Selatan). Penulis contohkan RSUD Ibnu Soetowo hingga kini masih tetap manjadi RS rujukan bagi pasien RS dari OKU Timur, OKU Selatan. Begitu juga dengan pusat perbelanjaan modren Radja Plaza (Ramayana) dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mampu menyedot pengunjung dan pembeli dari luar OKU, begitu juga dengan Kolam Renang, Gedung Kesenian, Islamic Center serta Lapangan Taman Kota nyaris tidak pernah sepi bahkan menjadi icon kota Baturaja. Yang tak kalah bomingnya dalam beberapa bulan terakhir OKU terkenal sebagai produsen batu akik (batu cincin)ada kecubung, spritus, dan entah apapun namanya jenis batu akik tersebut yang jelas tidak semua daerah di Nusantara ini mampu mengalahkan kwalitas dan corak batu akik made in Baturaja ini.
Bukankah inprastruktur OKU sudah mendekati kata sempurna atau lengkap yang mampu menopang OKU raya (OKU,OKU Timur dan OKU Selatan). Penulis contohkan RSUD Ibnu Soetowo hingga kini masih tetap manjadi RS rujukan bagi pasien RS dari OKU Timur, OKU Selatan. Begitu juga dengan pusat perbelanjaan modren Radja Plaza (Ramayana) dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mampu menyedot pengunjung dan pembeli dari luar OKU, begitu juga dengan Kolam Renang, Gedung Kesenian, Islamic Center serta Lapangan Taman Kota nyaris tidak pernah sepi bahkan menjadi icon kota Baturaja. Yang tak kalah bomingnya dalam beberapa bulan terakhir OKU terkenal sebagai produsen batu akik (batu cincin)ada kecubung, spritus, dan entah apapun namanya jenis batu akik tersebut yang jelas tidak semua daerah di Nusantara ini mampu mengalahkan kwalitas dan corak batu akik made in Baturaja ini.
Warga OKU juga memiliki objek wisata andalan Goa Putri yang tak kalah
indah disamping adanya temuan langka berupa kerangka manusia purba di
Goa Harimau di Desa Padang Bindu.
Melalui momen peringatan hari jadinya ke 104 tahun kali, penulis
mengajak kita semua warga OKU mari bersama sama kita bersatu padu
merapatkan barisan mencapai OKU yang memiliki jati diri dengan
memanfaatkan semua potensi yang kita miliki dengan mendorong dan
mendukung setiap langkah pemerintah daerah kearah yang lebih baik..
Kita optimis OKU kedepan akan menjelma sebagi daerah yang diperhitungkan di kancah Nasional bahkan mungkin Internasional dan tidak ada lagi cerita Sang Induk yang Ditinggal Anak.
Selamat Hari Jadi OKU ke 104 tahun 2014
Kita optimis OKU kedepan akan menjelma sebagi daerah yang diperhitungkan di kancah Nasional bahkan mungkin Internasional dan tidak ada lagi cerita Sang Induk yang Ditinggal Anak.
Selamat Hari Jadi OKU ke 104 tahun 2014
Post a Comment